Analisis Kasus Tayangan Sinetron Yang
Tidak Mendidik
Copyright: amanah surga production
Pengertian
televisi fungsi sebagai media komukasi massa adalah televisi siaran yang merupakan media dari jaringan
komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung
satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya
menimbulkan keserampakan, dan komunikasinya bersifat heterogen. - Effendy (2002
: 21)
Di era modern ini, banyak tayangan televisi yang
mengutamakan rating dibanding konten yang ditayangkan. Dari sekian banyak stasiun televisi di
Indonesia, kini banyak stasiun televisi yang menayangkan tanyangan yang kurang
mendidik. Seperti adanya sinetron yang saat ini banyak di lirik oleh kalangan
remaja. Target segmen konsumen televisi
bisa dari banyak kalangan. Dari publik yang hidup dengan ekonomi atas hingga
ekonomi bawah. Target dalam kasus ini adalah anak-anak dan remaja perempuan
ataupun laki-laki yang masih di bawah umur (17 tahun).
Tontonan harus tepat
sasaran. Kuatnya pengaruh tontonan televisi terhadap perilaku
anak-anak ini sangatlah kuat. Apabila sebuah tayangan televisi yang seharusnya
ditonton remaja usia 17 tahun ke atas, tapi ternyata acara tersebut ditonton
oleh remaja di bawah usia 17. Maka hal tersebut akan membawa pengaruh buruk
bagi mentalitas mereka.
Pada hakikatnya media
televisi sebagai media komunikasi pandang dan dengar mempunyai tiga fungsi
yaitu sebagai informasi, sebagai
pendidikan dan sebagi media hiburan. Tetapi kini banyak tayangan televisi yang
memberikan tayangan tidak patut untuk ditayangkan. Sebab, kini anak-anak dan remaja
di Indonesia sangatlah cerdas. Mereka akan mencontoh dan melakukan apapun yang
mereka lihat. Sifat coba-coba yang sudah tertanam oleh anak-anak Sekolah Dasar
(SD) dan remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP) serta Sekolah Menengah Akhir
ini, merupakan generasi Z. Generasi
Z adalah mereka yang lahir
antara tahun 1995-2011, mereka yang saat
ini berusia 5 hingga 20 tahun yang hidup dalam masa digital. Ini menjadikan anak-anak dan remaja pun sudah bisa
mengakses tayangan televisi yang tidak mendidik melalui sosial media youtube.
Sayangnya, kekuatan sinetron tersebut tidak disertai
dengan muatan yang positif. Sifat, penampilan,
gaya hidup, tingkah laku anak-anak dan remaja dibawah umur kini pun banyak yang
sudah mengikuti perkembangan jaman dari tayangan sinetron. Tidak dapat
dipungkiri pula bahwa kini banyak anak-anak dan remaja yang memiliki penampilan
yang kurang sopan. Misalnya seperti anak-anak dan remaja perempuan menggunakan
rok sekolah yang sengaja didesain di atas lutut. Baju seragam yang dibuat ketat
supaya bisa mengikuti perkembangan jaman, seperti yang ada ada pada sinetron SCTV
yang berjudul Mermaid In Love. Yang lebih memprihatinkan lagi, sinetron ini
memberikan efek buruk kepada anak-anak dan remaja menjadi berpacaran.
Seharusnya anak-anak dan remaja di bawah umur belum mengerti dan mengenal cinta
seperti layaknya orang dewasa.
Jika
saat ini anak-anak dan remaja dibawah umur sudah terpengaruh adanya tayangan
televisi yang tidak mendidik, hal ini menjadikan munculnya faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumen behavior. Dari faktor internal, kasus ini membuat para
anak-anak dan remaja dibawah umur memiliki pikiran dan perasaan yang membuat mereka
nyaman dengan adanya tayangan televisi yang tidak mendidik secara berkala,
sekalipun mereka tidak sadar akan sebab akibat tayangan tersebut. Dari faktor
eksternal, sudah pasti para anak-anak dan remaja dibawah umur ini menyaksikan
tayangan televisi yang tidak mendidik karena adanya pengaruh dari lingkungan
sekitar seperti teman satu kelas, teman bermain, orang dewasa yang dikenal dan
lingkungan sekitar lainnya, yang menjadikan adanya situasional yang berkala.
Menjadikan para anak-anak dan remaja dibawah umur memiliki rasa ingin
terus-menerus menyaksikan tayangan televisi yang tidak mendidik. Belum lagi
anak-anak dan remaja umur 8 tahun hingga 17 tahun ini adalah masa dimana mereka
sedang senang-senangnya meniru dan mencoba untuk menemukan jati diri.
Anak-anak
dan remaja yang sudah mengenal dan menyaksikan tayangan televisi tidak mendidik
secara terus menerus ini memiliki potensi yang bisa menghancurkan moral anak
bangsa. Penayangan yang tidak mendidik pun kini muncul dan tayang pada jam
dimana waktu anak sekolah harus memasuki jam belajar antara pukul 18.00 – 22.00
WIB. Karena anak-anak dan remaja dibawah umur ini berada pada tahap peralihan
menuju dewasa, sehingga masih belum bisa berpikir apa dampak yang akan
dirasakan oleh anak-anak dan remaja dibawah umur tersebut.
Dalam
kasus ini, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) harus bisa ketat menyeleksi
tayangan yang layak ditayangkan dan tayangan yang tidak layak diyangkan pada
jam-jam dimana anak-anak dan remaja masih bisa mengakses tayangan tersebut.
Tayangan-tayangan yang tidak mendidik ini menjadikan pengaruh buruk kepada
psikologis seorang anak.
Prioritas nilai etika para anak-anak dan remaja
dibawah umur yang menyaksikan tayangan televisi tidak mendidik ini sangat
memprihatinkan. Sebab mereka tidak didasari penuh oleh perilaku dan sifat yang
positif pada dirinya. Dalam hal ini, orang tua harus berperan aktif dalam
penayangan televisi yang tidak layak untuk dilihat oleh anak-anak dan remaja
dibawah umur. Supaya mereka tidak terpengaruh hal negatif dari penayangan yang
tidak mendidik tersebut. Sinetron Mermaid In Love membuat anak-anak dan remaja
menjadi dewasa sebelum waktunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar