Rabu, 26 Oktober 2016

Contoh pidato argumentatif



Lestarikan Kesenian Budaya Jogja

Assalamua’laikum Wr. Wb
Salam Sejahtera bagi kita semua

Yang saya hormati bapak walikota Yogyakarta Drs. H. Haryadi Suyati, MM beserta wakilnya  bapak H. Imam Priyono, SE, MM
Yang saya hormati bapak ibu staf dan karyawan Pemerintah Kota Yogyakarta
Yang saya hormati bapak ibu staf dan karyawan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jogja
Yang saya hormati para tamu undangan yang berkenan hadir
Dan yang saya cintai seluruh masyarakat kota Yogyakarta  dan sekitarnya.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas karunia-Nya, sehingga kita diberi kesempatan dan kesehatan untuk bisa berkumpul di tempat ini dengan bahagia tanpa kurang satu apapun.

Pada kesempatan kali ini saya selaku Gubernur D.I Yogyakarta mengucapkan terimakasih kepada tamu undangan serta seluruh masyarakat khususnya Yogyakarta yang sudah meluangkan waktu untuk menghadiri perayaan HUT Yogyakarta ke-260 kali ini. Sungguh hari yang membahagiakan, sebab pada hari ini Kota Yogyakarta telah menginjak usia ke-260, rasa bangga serta syukur tak henti – hentinya kami rasakan. Semoga kota kita tercinta kota Yogyakarta akan lebih istimewa setiap tahunnya.

Para hadirin yang saya cintai, pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan pidato singkat saya yang bertemakan “Lestarikan Kesenian Budaya Jogja”. Sudah kita semua ketahui bahwa Yogyakarta memiliki beragam potensi kesenian budaya. Sebagai kota pendidikan dan budaya, banyak aspek kesenian Jogja yang harus kita lestarikan, baik itu kesenian budaya seperti seni tari, seni rupa ataupun seni kerajinan seperti batik, ukir, keramik, perak, dan wayang.

Dari sekian banyak kesenian yang ada di Jogja, kini yang mulai ditinggalkan salah satunya adalah wayang. Seiring berkembangnya teknologi, banyak anak muda terutama Indonesia yang kini tidak mengerti mengenai tokoh-tokoh wayang. Padahal sejatinya wayang merupakan aset budaya nasional yang patut untuk kita lestarikan.

Warisan yang sangat berharga ini bagaimana pun carannya harus kita jaga dan jangan sampai ditinggalkan. Banyak hal yang bisa diupayakan untuk menghidupkan kembali peminat wayang terutama di Yogyakarta.  Salah satunya dengan menampilkan kembali penokohan wayang yang kini mulai ditinggalkan oleh generasi muda.

Wayang Jogja Night Carnival yang menjadi tema pawai budaya Jogja kali ini, diharapkan kegiatan ini dapat memberikan tuntunan dan tontonan yang positif kepada masyarakat dan dapat mengenalkan tokoh-tokoh wayang kepada generasi muda sekaligus dapat mengeratkan hubungan antara elemen masyarakat khususnya warga kota Jogja.

Hadirin yang berbahagia, di ulang tahun kota Yogyakarta yang ke-260 ini saya berharap kita semua dapat berkerjasama untuk membangun kembali kebudayaan di Yogyakarta terutama wayang yang kini mulai menghilang seiring berkembangnya zaman.

Hidupkan kembali kesenian dan budaya kota Yogyakarta tercinta. Jadikan Yogyakarta sebagai kota yang benar-benar menerapkan nilai kesenian dan kebudayaan. Supaya Yogyakarta tetap menjadi kota yang teristimewa.

Hadirin sekalian mungkin itu tadi yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan kali ini, kurang lebihnya saya mohon maaf. Selamat merayakan Hari Ulang Tahun kota Yogyakarta ke-260 bagi kita semua. Salam seni dan budaya.

Wassalamua’laikum Wr.Wb

Senin, 17 Oktober 2016

https://drive.google.com/file/d/0Bzlc6N2NPCdVUDFPV2ctOGdsMWs/view?usp=sharing
Analisis Kasus Tayangan Sinetron Yang Tidak Mendidik

Copyright: amanah surga production

Pengertian televisi fungsi sebagai media komukasi massa adalah televisi siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserampakan, dan komunikasinya bersifat heterogen. - Effendy (2002 : 21)
Di era modern ini, banyak tayangan televisi yang mengutamakan rating dibanding konten yang ditayangkan.  Dari sekian banyak stasiun televisi di Indonesia, kini banyak stasiun televisi yang menayangkan tanyangan yang kurang mendidik. Seperti adanya sinetron yang saat ini banyak di lirik oleh kalangan remaja.  Target segmen konsumen televisi bisa dari banyak kalangan. Dari publik yang hidup dengan ekonomi atas hingga ekonomi bawah. Target dalam kasus ini adalah anak-anak dan remaja perempuan ataupun laki-laki yang masih di bawah umur (17 tahun).  
Tontonan harus tepat sasaran. Kuatnya pengaruh tontonan televisi terhadap perilaku anak-anak ini sangatlah kuat. Apabila sebuah tayangan televisi yang seharusnya ditonton remaja usia 17 tahun ke atas, tapi ternyata acara tersebut ditonton oleh remaja di bawah usia 17. Maka hal tersebut akan membawa pengaruh buruk bagi mentalitas mereka.
Pada hakikatnya media televisi sebagai media komunikasi pandang dan dengar mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai informasi, sebagai pendidikan dan sebagi media hiburan. Tetapi kini banyak tayangan televisi yang memberikan tayangan tidak patut untuk ditayangkan. Sebab, kini anak-anak dan remaja di Indonesia sangatlah cerdas. Mereka akan mencontoh dan melakukan apapun yang mereka lihat. Sifat coba-coba yang sudah tertanam oleh anak-anak Sekolah Dasar (SD) dan remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP) serta Sekolah Menengah Akhir ini, merupakan generasi Z. Generasi Z adalah mereka yang lahir antara tahun 1995-2011,  mereka yang saat ini berusia 5 hingga 20 tahun yang hidup dalam masa digital. Ini menjadikan anak-anak dan remaja pun sudah bisa mengakses tayangan televisi yang tidak mendidik melalui sosial media youtube.    
Sayangnya, kekuatan sinetron tersebut tidak disertai dengan muatan yang positif. Sifat, penampilan, gaya hidup, tingkah laku anak-anak dan remaja dibawah umur kini pun banyak yang sudah mengikuti perkembangan jaman dari tayangan sinetron. Tidak dapat dipungkiri pula bahwa kini banyak anak-anak dan remaja yang memiliki penampilan yang kurang sopan. Misalnya seperti anak-anak dan remaja perempuan menggunakan rok sekolah yang sengaja didesain di atas lutut. Baju seragam yang dibuat ketat supaya bisa mengikuti perkembangan jaman, seperti yang ada ada pada sinetron SCTV yang berjudul Mermaid In Love. Yang lebih memprihatinkan lagi, sinetron ini memberikan efek buruk kepada anak-anak dan remaja menjadi berpacaran. Seharusnya anak-anak dan remaja di bawah umur belum mengerti dan mengenal cinta seperti layaknya orang dewasa.

            Jika saat ini anak-anak dan remaja dibawah umur sudah terpengaruh adanya tayangan televisi yang tidak mendidik, hal ini menjadikan munculnya faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen behavior. Dari faktor internal, kasus ini membuat para anak-anak dan remaja dibawah umur memiliki pikiran dan perasaan yang membuat mereka nyaman dengan adanya tayangan televisi yang tidak mendidik secara berkala, sekalipun mereka tidak sadar akan sebab akibat tayangan tersebut. Dari faktor eksternal, sudah pasti para anak-anak dan remaja dibawah umur ini menyaksikan tayangan televisi yang tidak mendidik karena adanya pengaruh dari lingkungan sekitar seperti teman satu kelas, teman bermain, orang dewasa yang dikenal dan lingkungan sekitar lainnya, yang menjadikan adanya situasional yang berkala. Menjadikan para anak-anak dan remaja dibawah umur memiliki rasa ingin terus-menerus menyaksikan tayangan televisi yang tidak mendidik. Belum lagi anak-anak dan remaja umur 8 tahun hingga 17 tahun ini adalah masa dimana mereka sedang senang-senangnya meniru dan mencoba untuk menemukan jati diri.   

            Anak-anak dan remaja yang sudah mengenal dan menyaksikan tayangan televisi tidak mendidik secara terus menerus ini memiliki potensi yang bisa menghancurkan moral anak bangsa. Penayangan yang tidak mendidik pun kini muncul dan tayang pada jam dimana waktu anak sekolah harus memasuki jam belajar antara pukul 18.00 – 22.00 WIB. Karena anak-anak dan remaja dibawah umur ini berada pada tahap peralihan menuju dewasa, sehingga masih belum bisa berpikir apa dampak yang akan dirasakan oleh anak-anak dan remaja dibawah umur tersebut.

            Dalam kasus ini, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) harus bisa ketat menyeleksi tayangan yang layak ditayangkan dan tayangan yang tidak layak diyangkan pada jam-jam dimana anak-anak dan remaja masih bisa mengakses tayangan tersebut. Tayangan-tayangan yang tidak mendidik ini menjadikan pengaruh buruk kepada psikologis seorang anak.

Prioritas nilai etika para anak-anak dan remaja dibawah umur yang menyaksikan tayangan televisi tidak mendidik ini sangat memprihatinkan. Sebab mereka tidak didasari penuh oleh perilaku dan sifat yang positif pada dirinya. Dalam hal ini, orang tua harus berperan aktif dalam penayangan televisi yang tidak layak untuk dilihat oleh anak-anak dan remaja dibawah umur. Supaya mereka tidak terpengaruh hal negatif dari penayangan yang tidak mendidik tersebut. Sinetron Mermaid In Love membuat anak-anak dan remaja menjadi dewasa sebelum waktunya.